Archive for April, 2012

Pembodohan Formal

Bang Maman dari Kali Pasir dan Mengenal Cerita Si Angkri pantas memicu kemarahan dan kecemasan para orangtua dan pemerhati dunia pendidikan. Kedua cerita tersebut merupakan materi pelajaran yang termuat dalam Lembar Kerja Siswa (LKS) Pendidikan Lingkungan Budaya Jakarta untuk siswa kelas 1 dan kelas 2 Sekolah Dasar (SD). Pendidikan Lingkungan Budaya Jakarta termasuk dalam kurikulum muatan lokal pendidikan dasar di Jakarta.

Kedua cerita tersebut tidak mengajarkan nilai moral yang baik, bahkan tidak pantas. Dikemas layaknya alur dalam sinetron di layar kaca, Bang Maman dari Kali Pasir dalam buku terbitan PT Mitra Kreasi menceritakan tentang pemaksaan kehendak orangtua terhadap anak dalam hal pernikahan dan perceraian, tipu daya untuk mendapatkan yang diinginkan, pengkhianatan dalam hubungan suami istri, serta sifat materialistik.

Sementara, Mengenal Cerita Si Angkri, dalam buku yang diterbitkan oleh CV Alam Sakti Persada Global, membawa anak masuk ke “dunia hitam” premanisme. Cerita tentang para jagoan ini secara tak langsung mengajarkan anak tentang budaya kekerasan dengan menggunakan golok untuk mencelakai dan membunuh orang, balas dendam, perjudian, dan daya tarik seksual untuk menjebak lawan jenis.

Jelas, alih-alih memberikan edukasi, kisah semacam itu justru merupakan pembodohan dan merusak jiwa anak. Apalagi, materi ini untuk siswa SD yang akan merekam kuat kisah itu dalam memori mereka. Celakanya, pembodohan dan perusakan itu dilakukan secara formal, massal, dan serentak. Lebih mengenaskan, para guru sebagai pendidik seperti abai terhadap persoalan ini dan tetap mengajarkan materi ini.

Padahal, seharusnya ada proses penyaringan untuk setiap buku yang dipakai dalam proses belajar mengajar di sekolah. Para guru pun wajib mempelajari terlebih dahulu materi yang akan diajarkan. Apakah ini sekadar kelalaian? Ataukah, ada faktor lain, seperti “komitmen” pada pihak penerbit?

Kurikulum muatan lokal seharusnya bisa memberikan keleluasaan bagi pengajar untuk memberi nilai tambah pada kurikulum pendidikan nasional. Seharusnya, guru bisa memanfaatkan kepercayaan dari pusat ini untuk membentuk karakter anak bangsa yang kuat. Bukan sebaliknya. Mungkin para pendidik harus mengingat kembali nasehat Martin Luther King Jr., “Inteligensia plus karakter – itulah tujuan dari pendidikan yang sebenarnya.”

 

Jakarta, 12 April 2012

(Published on KONTAN daily, April 13th 2012)

April 23, 2012 at 11:44 pm Leave a comment


Categories

Calendar

April 2012
M T W T F S S
 1
2345678
9101112131415
16171819202122
23242526272829
30  

Blog Stats

  • 15,277 hits